Skip to main content

Masalah Hati

Bye Bye Monday!
And see you soon next week...! (Said no one ever. LOL)

Blogging in Bahasa because, well, because I just want to. Haha!

Here goes.

Uhuy! Lama banget ga nulis pake Bahasa.
Jadi berasa... Awkward.

Ngomong2 soal awkward, Sabtu kemaren sih awkward bgt........

Ok gw ga mau mikir kesana.
Mending mikirin yg penting2.

Tadi gw, Pricil, Tirza, doa bareng2 drmh gw.

Gw diingetin tentang beberapa hal.

1. Masalah hati

Kemarin ini gw denger tentang praise and worship, dan kaitanny ttg mindset kita.
Jadi sependengaran gw adalah : kita harus belajar dari Abraham. Kan disuruh ngorbanin anaknya, but in the end, sebenernya Tuhan sendiri udah kirimin domba buat dikorbanin. Sering kita punya mindset 'Tuhan ini aku, pake aja aku' pas lagi PW (emang lg buat anak2 PW sih ini sharenya), tp sebenernya yg perlu kita bawa waktu PW adalah Yesus, yg Tuhan udah kasih buat ganti korban itu sendiri.
Ok maap ribet dikit.
Intinya.
Gw jadi berpikir.
Lah gw jg suka berpikir bgitu. Sebelom PW gw pasti doa 'Tuhan, ini gw yang sangat limited. Tapi gw tau You do things best in my weakness. So, in the end, gw tau all the credit goes back to You'.
Jadi.. Apakah mindset gw selama ini salah?

Trus gw diingetin lagi.
In the end, semuanya balik ke masalah hati kita lagi sih.
Ibarat kaya anak kecil yang bikinin maminya kartu Valentine.
Meskipun belepetan lem dan guntingnya jg gerepesan, maminya ga mungkin dong bilang
'Jelek ya nak. Sini. Mami buang segera. Mending kita beli kartu di Kino.'
Ya ga lah ya. Si Mami bakal sangat senang sekali, bisa jd menitikkan air mata kalo tipenya yg melankolis.
Soalnya dia tau betapa maksud anaknya adalah menyenangkan hati maminya.

Gw yakin banget kalo many things we do for God is actually kaya kartu Valentine si Bocah.
Miring2, banyak lem, gerepesan. Imperfect.
Ya iyalah, yg perfect kan cuman Tuhan sendiri.
Tapi di dlm ketidaksempurnaan persembahan kita, sama kaya si mami tadi, Tuhan lebih  ngeliat yang ga bisa diliat dan dinilai manusia : hati kita.

Jadi mindset kita harus gimana dong?

Ya tanya aja sm Tuhan.
Lah kan katanya mau menyenangkan hati Tuhan? Ya tanya sm Tuhan lah!
(Kalo mau menyenangkan hati eneng, baru tanya eneng.. Ihihi.)
Banyakin waktu doa daripada waktu maen Cookie Run (menempelak diri sendiri) supaya lebih peka sama hati Tuhan.
Sama kaya si Bocah yang makin gede bakal makin jago menggunting dan mengelem, semakin kita dewasa dlm pengenalan akan Tuhan, I believe quality persembahan kita ke Tuhan jg bakal increase.


2. Saya terlalu cuek

Serius deh.
Belakangan ini gw tertempelak with the fact that I am just too ignorant.
(Ignorant = cuek bukan sih?)
Ya dipikir2 sebenernya jadi orang cuek itu lumayan menyenangkan.
Soalnya jadi ga terlalu mikirin orang mikir apa, or orang ngomong apa.
Jadi ga banyak makan ati gitu. Jadi happy aja meskipun orang mungkin kesel sm kita lol.
Downsidenya, orang cuek itu susah buat memperbaiki kesalahan.
Wong dia aja ga tau ada salah.....
Kecuali lo point out di depan idungnya, baru mungkin dia agak berasa.
Agak.

Anyway.
Ada temen gw yg cowo, tapi agak sensitif ('agak') trus dia bilang, harusnya gw sama dia tukeran aja.
Ktnya gw terlalu cuek sebagai cewe, dia terlalu sensitif sebagai cowo.
Bahaha. Mau gimana lagi....

Itu dia pertanyaannya. Mau gimana lagi??

Ya gw sih maunya lebih sensitif dong.
Sensitif sama kebutuhan orang2 di sekitar gw, terus lebih bisa liat kalo ada orang yg in trouble dan butuh encouragement or simply butuh didoain.
Sensitif jadi bisa liat apa yg terjadi di sekitar kita, bisa care sama orang2 yang butuh uluran tangan, sama kaya Tuhan udah care duluan sama gw.
Sensitif jadi bisa liat juga kalo secara ga sengaja gw menyinggung orang dengan kata2 or kelakuan gw.
Jadi ga perlu point it out di depan idung jg bisa introspeksi gitu.

Trus kemarin timbul pertanyaan di benak gw (benak loh).
Kalo terlalu sensitif kan ga bagus, tapi terlalu cuek jg ga.
Jadi.. Di point mana kah equilibrium itu terjadi?
Ketika Supply = Demand? #eaa

Trus gimana caranya mengurangi kadar kecuekan or mengurangi kadar kesensian kita (bagi teman saya tersebut, mungkin? lol)

Ya balik lagi sihhh ke point 1.
Semuanya masalah hati.
Serius ga mau berubah? Gw serius sih.....
Nah kalo serius, minta aja sm Tuhan, biar kita dikasih hati Tuhan yang care sama kebutuhan orang2 lain.
Waktu kita care sama kebutuhan orang lain, kita bakal care less (bukan careless bro) sama keterbatasan kita.
Fokus care kita itu bukan kepada diri sendiri (yang mendatakangkan sensitivitas berlebih), tapi kepada orang2 lain yang emang Tuhan tempatin di depan kita buat kita taken care of.


Ya segitu dulu deh. Ngantuk.
Coba besok weekend, gw pasti ga ngantuk.
Anywayss.


Nite nite awesomely blessed people.
Lots of love.

Comments

Popular posts from this blog

When God Made a Promise

“I know this is too fast. And please don’t ask me why, because I don’t have the answer. I don’t know why.” “I won’t ask you why. Because I know.. It’s God.”   Wkwkwkwkwwkwkwkwkww duh supershy padahal biasanya ga tau malu. I’m still getting used to this. But those who viewed our IG feed and saw the pic posted in FB would know what this is all about. The Promise of God. It’s been there, mentioned the wholeee time in my earlier posts, yet unnamed. I’ll try to recall the whole story. Some details would be lost in translation because there are wayyyy TOO MANY. Haha. Fyi. I’VE BEEN WAITING SOOO LOOOONG TO SHOUT THIS OUT LOUD. So, here goes. Last Sunday, R asked me out to dinner. A few days before, he’s mentioned this fancy place and I calmly (I think) said, “Yes, yes why not” while inside I was [insert screaming emoji here] knowing that this is not a normal dining experience. OMG. I was so glad it’s through a text message, otherwise he would see me SCREAM

The Boy Who Showed Me My WHY

So last week, the entire school left Redding for ministry trip around the States. I went to Phoenix for 8 days and came home to school with tons of testimonies of healing, people set free, delivered, and experiencing the love of the Father in the most tangible way. But here’s my personal take on the trip to Phoenix, AZ. I met a boy and this divine appointment marked my life forever. I told God (and my team mates), if the reason of my entire trip, all the whirlwind of fund raising and preparations, was just for this one moment with this boy, I would do it all over again.  So on an evening, I was told that I would go to minister to kids in a home church the next day. (On prerequisite of being in the trip with Bethel people is a heart that is always ready with a smiley YES to whatever comes next. HAHAH. So many last minute change, you could be blindsided by the suddenness of if. Or you can take it as an invitation to lean on the Holy Spirit leading. It’s nerve-wrecking for a bit, but once

I Belong to The Youth

SO! I don't know where to start. But I certainly could say that THIS is not the end. God is not done yet. In fact, earlier today I was discussing things with Ijah and we both agreed on something : we are on an accelerated roller coaster ride. Faster than ever! Higher than we ever been before! There are milestones in life. Like moments when you graduated uni, or when your PR is approved. When you moved overseas or going back for good. Moments that marked a change in the season of life. But there are other kinds of moments : intangible, but leaving marks so deep your brain might let go but your soul never will. And last week was THAT kind of moments. A series of events that, combined together, was just.. Well. I couldn't find A WORD to describe it best. But I would try my best to re-tell the story. Here goes. (Beware. It's gonna be long) I was considering a one day leave, a half-day plus another half-day, or simply a 2 days leave to attend Empowered21. If you'